Menikah adalah suatu yang sangat sakral menurut saya, bagaimana tidak seseorang yang bukan siapa-siapa yang haram kita sentuh dan tiba-tiba setelah menikah menjadi halal, bahkan menjadi bagian dari hidup kita. itu suatu yang sangat sakral menurut saya. saya menikah di saat usia saya tepat 24 th, tepatnya hari Jum'at 20 oktober 2017. Saya melepas masa lajang saya.
Menikahi orang yang sangat kita cintai itu adalah suatu kebahagian yang hakiki, begitulah yang saya rasakan saat itu, Dunia penuh dengan air mata kebahagian, penuh dengan senyuman. Tatkala itu aku menikahi seorang wanita yang sudah lama aku idam-idamkan mulai dia kelas 2 SMA/MA saya sudah mengenalnya memalui media sosial. Lambat laun kitapun saling mengenal satu sama lain.
Saya juga sama dengan Pemuda yang kebanyakan yang mana mengenal sekali apa itu Pacaran. saya mengenal istri saya dulu dengan ungkapan rasa cinta yang saya lewat tulisan dan mengirimnya melaui SMS, tepat selesai Sholat subuh. Di saat itu saya masih minim akan ajaran agama tentang laki-laki dan wanita bukan mahram.
Sangat sering sekali saya terjerumus kedalam cinta yang haram yaitu pacaran. Akan tetapi dengan minimnya pengetahuan saya lama kelamaan saya mulai paham apa yang saya lakukan adalah salah. Memang pacaran di jaman saya dulu tidak seperti orang-orang pacaran pada umumnya memegang tangan pun saya tak kuasa takunya. saya hanya menenangkan hati saya dikala gundah melihat wanita yang aku cintai.
Memang pada saat itu adalah masa Puberitas saya, masa itu sangat sulit saya kendalikan masa yang penuh dengan permainan cinta tanpa mengerti apa arti cinta itu sebenarnya. Itu sedikit cerita masalalu saya yang tidak layak di contoh.
Konon saat itu, disaat saya mengenal istri saya, saya memiliki perasaat lain terhadapnya. Perasaan cinta yang tidak pernah saya rasakan sebelumnya. ada yang aneh dengan perasaanku ketika kumulai mengenalnya jauh lebih dekat.
Dikala itu saya adalah Mahasiswa semester dua dan dia Siswi yang masih duduk dibangku kelas dua MA. Sejak saat itu kami dekat dan saling berkomunikasi layaknya pemuda-pemudi yang saling jatuh cinta. Saling menannyakan kabar bahkan sesuatu yang tidak perlu di ingatpun diingatkan semisalnya "Sudah makan?," Itu suatu hal yang mungkin tidak harus ditanyakan di kala itu. Mana kalanya jika seseorang lapar paskan akan makan juga. Begitulah masa remaja yang belum tahu apa itu cinta sesungguhnya.
Setelah dua tahun terlewati iapun lulus menjadi seorang Mahasiswi di kota yang sama dengan saya. itu adalah ujian untuk saya. yang mana saya sangat takut sekali suatu hal yang tidak di inginkan terjadi di kala itu. Jarakpun mulai kulakukan,.
Hari sebelum keberangkatanya itu saya sangat ingat jelas sebelum ia di beragkatkan kekota dimana istri saya akan kuliah, tepat di hari ketiga lebaran Idul fitri ia mengirim pesan kepadaku untuk bertemu di rumah kakeknya. saat itu saya langsung bergegas untuk pergi kesana. Dimana tidak seperti yang saya bayangkan semua keluarga besarnya berkumpul di rumah kakeknya dan saat itu saya hanya bisa memberanikan diri untuk menjumpainya.
Tidak begitu lama jarum jam berputar kami berdua di persilahkan duduk di tengah-tengah keluarganya. disaat itu saya mendapatkan nashat dari kakeknya untuk tidak sering bertemu di kota yang mana sangat jauh dari keluarga hanya kami berdua. Ketakutan keluarganya sangat dalam padanya. Dan aku tahu apa itu. Tidak mungkin saya melakukan sesuatu diluar batas yang belum pernah saya bayangkan.
Semenjak ia kuliah kami sangat jarang bertemu hanya sekedar komunikasi memalui Handphone. Padahal tempat ia tinggal tidaklah jauh dimana tempat aku tinggal hanya sekitar 10 menit. Akan tetapi saya selalu memegang nasehat kakeknya agar kami tidak tertalu sering unutk bertemu. Terkadang sesekali kami berjumpa dikala dia meminta bantuan untuk sesuatu yang tidak bisa ia lakukan.
Pernah sekali dia kehilangat kunci sepeda motornya, dan saya yakin dia tidak tahu harus bagaimana dan saat itu ibunya menelpon ku untuk membantunya. Dalam hatiku yang paling dalam aku akan menjaganya.
Pun beberapa tahun berlalu di saat itu dia masuk semester delapan dan saya sudah menyelesaikan kuliah saya dua tahun silam, dia sempat datang menggantikan orang tuaku diwaktu itu sebagai tamu undangan wisuda.
Semester delapan adalah semester dimana dia Program Pengalaman Lapangan (PPL) disalah satu sekolah sewasta di kota yang sama. disaat itu saya sangat kawatir denganya yang mana sekolah tempat dia PPL cukup jauh dari tempat tinggalnya. Dari situ saya mengantarnya setiap pagi sambil sejalan dengan tempatku bekerja. Mengantarnya bukanlah sesuatu hal yang baik yang pantas kulakukan. Bagaimana baik, seorang wanita yang tidak ada ikatan sama sekali saya bawa dengan bergoncengan sepeda motor berdua? aduhh...
Tidak berlangsung lama dia menanyakan kepadaku tentang hubungan kami kedepanya, langsung saya tangkap apa itu maksudnya mulai dari pertanyaan yang dia ucapkan. Kami mulai membahas tentang pernikahan. Sangat terlalu dini kami membahas tentang pernikahan itu.
Saya cari informasi atau motivasi tentang nikah muda, saya sangat sering mendengar kajian nikah muda saat itu. Saya mendapatkan motivasi yang mana meyakinkanku dimana orang kebanyakan orang tua berkata, nikah itu bukanlah suatu permainan, menikah itu bukanlah enak, menikah ? mau makan apa?. Begitulah kebanyakkan pertanyaan yang di lontarkan.
Lantas menurut saya mereka memang benar tapi tidak sepenuhnya. Menikah memang bukanlah perimainan, saya menyikapi menikah itu bukanlah untuk mencari kebahagian akan tetapi menikah dapat membuatmu bahagia. Dalam pernikahan bukan saja manis yang kita tuai banyak asam ataupun pahit juga yang kita rasa. Tapi semua itu adalah suatu keharusan yang hanya orang menikahlah yang merasakanya.
"Menikah itu tidaklah enak," saya membantah kalimat itu. Jika menikah tidak enak kenapa semua orang menikah?,. Hanya orang menikahlah yang tahu. Pun kerja pas-pasan mau makan apa nanti anak istrinya?, pertanyaa ini juga pernah terlontarkan kitika itu. Jika demikian maka berpikir positiflah.
Jangan terlalu terpikirkan dengan pertanyaan "Mau makan apa?", ya makan nasi, Tidak mungkin Allah tega mengasih hambanya makan batu. Maka dari itu tidak perlu takut menikah hanya karena pertanyaan yang tidak jelas. Begitulah pemahaman saya saat itu.
Pernah saat itu pas awal meminta nikah sama orang tua, ia sempat menangis karena saya mintanya mendadak, tanpa ada tanda-tanda. saya merasa kurang baik waktu itu ketika Ibuku hanya diam beberapa hari tidak membicaraiku.
Aku memberi keyakinan untuk Ibuku dan malamnya aku pergi kerumah istriku untuk meminangnya. Awalnya aku ingin pergi sendiri akan tetapi karena Ibuku tidak beriizin, yang katanya macap tidak punya keluarga, dia ajak bibikku untuk menemaniku. Rumah Istriku tidaklah jauh dari rumahku, hanya beberapa menit sudah sampai dan tiba, bibikku mulai percakapan dengan kedatangan kami berniat untuk meminang istriku.
Saat itu istriku masih di kota tempat dimana dia kuliah. Terlontar pertanya kepadaku, Kapan kalian mau acara pernikahan kalian?, Saya menjawab Secepatnya. Karena menurut saya lebih cepat lebih baik.
Dengan cukup lama merundingan Masalah pernikahan Akhirnya ditentukan pernikahan kami menuggu siap istri saya PPL, di perkirakan siapnya bulan 12 Des 2017.
Tidak disangaka Allah kasih jalan terbaik dengan mempercepat pernikahan kami jadi Tgl 20 Okt 2017 dan tepat pada tanggal itu kami sudah sah menjadi suami istri.
Dan kini sudah menikah 1 Thn 1 bulan, dan sebentar lagi Alhamdulillah akan menjadi seorang ayah karena sekarang istri saya sedang mengandung masuk sembilan bulan. betapa bahagianya tinggal menunggu hari lagi. Nama yang sudah kami persiapkan, jika laki-laki "Qays Ammar Al-fatih," Jika Perempuan "Nafla Aisha Putri,".
Karena banyak yang tanya, Begitulah Cerita singkatnya.
Karena banyak yang tanya, Begitulah Cerita singkatnya.
Salam saya Wahyu Syah Putra.
Comments
Post a Comment